Seminar ‘Couple And Parenting Skill’ dalam Pengajian Remaja LDII Kota Tangerang Selatan
Tangerang Selatan (18/02). DPD LDII Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan acara seminar Couple and Parenting Skill pada hari Minggu (18/02) untuk mengedukasi para pemuda LDII se-Tangerang Selatan dalam mewujudkan program pembinaan remaja ‘Tri Sukses’ yaitu berakhlakul karimah, alim-faqih dan mandiri.
Dalam kegiatan seminar ini, DPD LDII Kota Tangerang Selatan mengundang narasumber Dra. Nana Maznah Zubir, M.Si. Salah satu anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII dan Ketua DPP LDII Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga, Dr. Siti Nurannisa, S.Sn., M.Pd.
Peserta terdiri dari 200 pemuda dan pemudi LDII yang berada di wilayah Tangerang Selatan. Acara tersebut digelar di Masjid Baitul Karim, Pamulang, dengan mengangkat tema pentingnya mempersiapkan diri menjadi pasangan dan orang tua yang hebat.
“Kegiatan ini diharapkan agar para pemuda bisa membentuk keluarga yang Sakinah mawaddah warahmah”. ujar Ruswadi salah satu Pengurus DPD LDII Kota Tangerang Selatan.
Nana menjelaskan tentang bagaimana membina pernikahan agar selalu Sakinah, mawaddah dan warohmah, bahwa sebelum menikah, para pemuda harus melakukan periksa diri. Lihat kedalam diri sendiri, bagaimana perilaku kita terbentuk mulai dari kandungan, balita, remaja, hingga matangnya usia.
“Keterampilan dalam menjadi pasangan dan orang tua sangat penting, karena para pemuda menemukan ketika dia dibesarkan ada hal yang harus diperbaiki, kemudian re-parenting. Sehingga ketika mempunyai anak bisa mendidik dan mengasuh anak sesuai dengan apa yang dia perbaiki mengenai dirinya, serta bisa menjadi pasangan yang bisa memahami satu sama lain”, ucap Nana.
“Semua pengalaman masuk alam bawah sadar, ketika berinteraksi dengan orang lan, hal itu akan dibawa. Pengalaman itu tercermin dalam perilaku dirinya”, tambah Nana.
Menurut Nana ada banyak hal yang bisa mempengaruhi perilaku diri, namun keluarga adalah faktor yang sangat berpengaruh. Hubungan antar ayah dan ibu ataupun orang tua dengan anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter, kepribadian, kepercayaan setiap individu, cara pandang pernikahan.
“Tuntas dengan diri sendiri, tentu harus tuntas permasalahan bersama pasangannya. Jika proses deteksi diri sendiri sudah tuntas, bantulah pasangan untuk mendekati dirinya. Apakah ada persoalan-persoalan yang belum tuntas dan mengganjal, ini yang perlu dilakukan, sebab manusia tidak ada yang sempurna”, pungkas Nana.
Senada dengan tema materi, Siti Nurannisa berpendapat bahwa ketidaksempurnaan manusia itu biasa, namun untuk mengisi ketidaksempurnaan antara pasangan perlu sebuah pondasi yaitu diskusi dan kompromi, sehingga ketidaksempurnaan itu bisa diselesaikan berjalan beriringan dengan mengisi ruang-ruang kosong ketidaksempurnaan dari pasangan kita.
Menurut Nana membangun hubungan dengan pasangan bukan berdiri sendiri, melainkan berelasi satu dengan yang lainnya. “Sifat dasar manusia adalah untuk hidup membangun relasi atau hubungan dengan orang lain, hidup dalam lingkungan, komunitas, pertemanan hingga berpasangan dengan lawan jenis”, Imbuhnya.
Jika terdapat persoalan dalam hubungan dengan pasangan maka harus dibicarakan. Jika belum menemukan jawaban, maka bicarakan dengan orang yang bisa dipercaya seperti psikolog atau konselor pernikahan. Namun demikian, Nana berpendapat tidak ada pernikahan yang sempurna, karena pernikahan adalah proses menuju kesempurnaan dan kematangan dua pribadi.
Nana berharap, peserta harus bisa mempraktekkan dan bisa mencari solusi ketika terjadi suatu masalah kelak. Bila sebuah perbedaan tidak diatur dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan, respek, kepercayaan, maka akan timbul persoalan dalam pernikahan. Untuk itu diperlukan kesiapan mental dengan cara menerima kekuatan dan kelemahan masing-masing pasangan. (FIN/LINTAS).