Gresik (4/3). Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM) Nurul Huda, yang berada di bawah naungan DPD LDII Banyuwangi, turut serta dalam sosialisasi dan evaluasi program One Pesantren One Product (OPOP). Acara ini diselenggarakan oleh Biro Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPW LDII Jawa Timur pada Minggu (23/2) di Gedung DPD LDII Gresik.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari 63 pesantren naungan LDII se-Jawa Timur dengan tujuan memperkuat pemberdayaan dan kemandirian ekonomi pesantren melalui pengembangan produk unggulan.
Sekretaris Jenderal OPOP Jawa Timur, Mohammad Ghofirin, menyampaikan bahwa program OPOP bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi pesantren dengan meningkatkan kualitas produk, pemasaran, serta akses permodalan.
Gus Ghofirin, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa OPOP merupakan salah satu program prioritas Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak periode 2019-2024. Sejak berdiri hingga 2024, jumlah pesantren yang tergabung dalam program ini telah mencapai 1.210. Pada tahun 2025, OPOP akan membuka 250 kuota tambahan bagi pesantren yang ingin bergabung.
Dalam pengembangannya, OPOP berlandaskan tiga pilar utama, yaitu Pesantrenpreneur, Santripreneur, dan Sosiopreneur. Program ini diharapkan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran serta meningkatkan pendapatan daerah.
“Dengan adanya pemberdayaan ekonomi di pesantren, secara otomatis akan berdampak pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Jika OPOP dijalankan secara optimal dan pesantren mampu mandiri secara ekonomi, maka pendapatan daerah juga akan meningkat,” ujar Gus Ghofirin.
Sementara itu, Ketua Biro EPM DPW LDII Jawa Timur, Dadang Zahrawanugraha, menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membangun citra positif pesantren. Ia menekankan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif. Melalui program OPOP, para santri mendapatkan pelatihan kewirausahaan yang mencakup aspek produksi, pemasaran, dan manajemen bisnis. Santri dan masyarakat didorong untuk memiliki kemandirian finansial melalui keterampilan yang dipelajari.
Saat ini, dari 63 pesantren binaan LDII, baru 10 yang bergabung dalam program OPOP. “Ini menjadi tantangan bagi kami untuk mendorong 53 pesantren lainnya agar turut serta dalam program ini,” ujar Dadang.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan DPD LDII Banyuwangi yang hadir, Eko Haryono selaku Ketua PPPM Nurul Huda, serta Andreas Askhab Firdaus selaku guru pondok, menyampaikan apresiasi terhadap program OPOP. Menurut Eko Haryono, program ini tidak hanya membantu pesantren dalam memberikan layanan pendidikan, dakwah, dan sosial, tetapi juga membentuk jiwa kewirausahaan dan kemandirian santri di tengah masyarakat.
“Saya sangat bersyukur dengan adanya OPOP. Setidaknya, setiap tahun akan lahir lebih banyak wirausahawan dari kalangan santri,” ujarnya. Ia pun berharap agar pesantren semakin maju, mandiri, dan menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat.
Oleh: Wandi_Banyuwangi (contributor) / FF (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng