Sebut saja namanya Alif, remaja usia 25 tahun ini menghela napas panjang sambil melihat ponselnya. Undangan acara Pesona Temu Akrab Remaja Usia Nikah masih terbuka di layar. Ia sebenarnya enggan datang. Acara semacam ini bukan dunianya. Ia lebih suka menghabiskan akhir pekannya dengan membaca buku atau sekadar nongkrong bersama teman-temannya.
Namun, dorongan dari orang tuanya begitu kuat. “Sekadar hadir dan menambah wawasan, tidak ada ruginya,” kata ibunya semalam. Dengan berat hati, Alif akhirnya datang.
Setibanya di gedung pertemuan, ia melihat suasana yang cukup ramai. Para peserta duduk dengan tertib, menyimak materi tentang pernikahan. Alif memilih tempat di bagian belakang, tidak berniat terlalu aktif dalam kegiatan ini. Hingga tiba sesi perkenalan antar peserta. Di sinilah semuanya berubah.
Saat namanya dipanggil untuk memperkenalkan diri, Alif melakukannya dengan datar, tanpa ekspresi. Namun, ketika seorang peserta perempuan maju dan menyebut namanya dengan suara lembut, hatinya mendadak bergetar. “Dinda, dari Pamulang,” katanya dengan senyum ramah.
Alif tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Biasanya, ia tak pernah terlalu memperhatikan lawan jenis. Baginya, interaksi sebatas teman atau rekan diskusi sudah cukup. Tapi, ada sesuatu pada Dinda yang membuatnya terdiam. Cara bicaranya yang tenang, sikapnya yang santun, bahkan tatapan matanya yang teduh.
Sejak saat itu, fokus Alif pada acara ini berubah. Ketika masuk ke sesi permainan komunikasi interaktif, ia tanpa sadar berharap bisa berada di kelompok yang sama dengan Dinda. Dan entah kebetulan atau takdir, keinginannya terwujud.
Mereka bersama dalam permainan puzzle buta, di mana setiap anggota kelompok harus bekerja sama menyusun potongan gambar tanpa melihat bentuk aslinya. Saat Alif dan Dinda berdiskusi tentang potongan yang harus dipasang, Alif menyadari sesuatu yang jarang ia rasakan—nyaman.
Di akhir acara, Alif masih belum tahu apakah ini hanya perasaan sesaat atau ada makna lebih dalam. Namun, satu hal yang pasti, ia tidak menyesal datang hari ini.
Untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa pertemuan yang tak terduga bisa membuka lembaran baru dalam hidupnya. Dan mungkin, Dinda adalah salah satunya.
LDII Tangsel Gelar Reuni Remaja Unik
Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kota Tangerang Selatan menggelar acara keakraban remaja bertajuk Pesona Temu Akrab Remaja Usia Nikah Tangerang Selatan (Pesona). Acara ini berlangsung di Gedung Serbaguna Baitussalam, Pondok Cabe, pada Minggu (9/2) dan dihadiri oleh peserta dari Tangerang Selatan serta kota-kota lain, seperti Bogor dan Jakarta Selatan. “LDII Kota Tangerang Selatan ingin memberikan bekal ilmu pernikahan bagi para remaja usia nikah, sekaligus mempererat tali silaturahim di antara mereka,” ujar Rodliyan, panitia acara.
Pesona diawali dengan sesi materi bertema Persiapan Pra-Nikah dan Etikanya, yang disampaikan oleh Ust. Ahmad Fauzi dan Susilawati, seorang konsultan pernikahan. Selanjutnya, peserta mengikuti sesi perkenalan, permainan komunikasi interaktif, serta diskusi kelompok yang bertujuan membangun pemahaman dan keterampilan dalam menjalin hubungan yang sehat.
“Persiapan pernikahan tidak hanya soal kesiapan finansial, tetapi juga pemahaman agama, psikologi, serta komunikasi yang baik dengan pasangan,” jelas Susilawati. Ia menekankan pentingnya membangun rumah tangga berdasarkan nilai-nilai Islam agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Salah satu peserta, Nabil, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari acara ini. “Selain menambah wawasan, saya juga merasakan suasana yang hangat dan penuh kebersamaan. Permainan seperti puzzle buta benar-benar mengajarkan arti komunikasi dan kerja sama,” ungkapnya.
Bagi sebagian peserta, seperti Alif, acara ini bukan sekadar sesi materi atau permainan. Interaksi yang terjadi di dalamnya membuka peluang untuk mengenal diri sendiri lebih dalam, memahami arti kebersamaan, bahkan menemukan koneksi yang tak terduga. Seperti halnya yang ia alami saat bertemu dengan Dinda, seseorang yang, tanpa ia duga, meninggalkan kesan mendalam di hatinya.
Dengan beragam manfaat yang dirasakan peserta, LDII Tangerang Selatan berharap Pesona bisa menjadi agenda tahunan yang terus berkembang, menghadirkan lebih banyak wawasan serta menjalin ukhuwah Islamiyah di kalangan remaja.
*) Alif & Dinda hanyalah nama rekaan.