Ubah Sampah menjadi Kerajinan Bernilai, Aprillia Raih Juara Inovasi Bisnis Santripreneur 2021
MALANG-Pandemi Covid-19 yang belum berakhir tidak menghambat semua orang untuk berfikir inovatif dan kreatif dalam membaca peluang. Seperti Aprillia Widyaning Tyas, seorang santriwati dari Pondok pesantren Bani Syihab, Malang, yang mengelola sampah menjadi sebuah kerajinan tangan yang memiliki nilai jual.
Kerajinan itu ia beri nama NIHA Craft. Aprillia baru saja meraih juara 2 lomba Inovasi Bisnis Santripreneur Jawa Timur dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2021. Di tangannya ia mengkreasikan barang bekas seperti, botol, kaleng, dompet, kipas dengan tissue napkin decoupage menjadi sebuah kerajinan yang unik.
“Ide awalnya, di masa pandemi saat ini banyak orang mengkonsumsi susu untuk menjaga imunitas tubuh. Melihat banyak kaleng susu yang tidak terpakai maka saya coba olah menjadi sebuah kerajinan tangan decoupage,” ujar April. “Peluang bisnis ini akan kami tekuni mulai dari segi pengerjaan, kualitas produk sampai pemasarannya,” imbuhnya.
Ia berharap produk NIHA Craft akan menjadi produk andalan santri Pondok Pesantren Bani Syihab dan dapat menginspirasi santri-santri lain untuk mau berinovasi.
Sementara itu, Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat peringatan Hari Santri Nasional mengharapkan momentum tersebut menjadi pelecut semangat kewirausahaan dalam jiwa para santri dan pesantren untuk mewarnai pertumbuhan perekonomian Indonesia dan dunia.
“Potensi yang dimiliki Indonesia serta bangkitnya wirausaha dari kalangan santri dan pesantren menjadi kekuatan penggerak roda perekonomian bangsa,” pesan Khofifah di Upacara peringatan Hari Santri Nasional di Halaman Gedung Grahadi, Surabaya, Jumat (22/10).
Khofifah mencontohkan ketauladanan Rasulullah SAW yang memiliki jiwa entreprenuership yang sejak berusia 12 tahun. Rasulullah sudah mulai berdagang sikap jujur, tekun, gigih, ulet dan kerja keras sehingga Rasulullah SAW diperhitungkan di kalangan pedagang saat itu.
“Sudah sepatutnya para santri melakukan apa yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW sejak usia remaja sebagai pondasi santripreneur,” imbuhnya.
Di akhir pidatonya Khofifah berterima kasih kepada PWNU, PW Muhammadiyah, PW LDII, pimpinan MUI, serta para pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur, yang telah mendedikasikan kontribusi yang cukup besar terutama pembentukan akhlak bangsa melalui anak didik di pesantren.
Menurut April, para santri di Ponpes Bani Syihab juga diajarkan tentang entrepreneurship (kewirausahaan) sebagai bekal santri setelah lulus mondok mereka bisa mandiri. April dibantu guru pembimbingnya, Welas Listiani, dalam penuangan ide dan pengerjaan kerajinan sampai ke tahap keikutsertaan lomba santripreneur melalui program One Pesantren One Product (OPOP) Jatim.
——————–
Oleh: Sofyan Gani (contributor) / Achmad Taufiq Akbar (editor)