Ibnu Abbas salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki kedekatan luar biasa dengan beliau. Sejak kecil, Ibnu Abbas selalu berada di sisi Nabi, mendengarkan setiap ajaran dan menyaksikan berbagai peristiwa penting yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al Quran. Meskipun masih belia, kecerdasan dan ketekunan Ibnu Abbas dalam menuntut ilmu telah menarik perhatian Nabi, sehingga beliau sering mendoakannya agar menjadi seorang alim yang memahami agama dengan mendalam.
Ibnu Abbas sering didoakan Nabi Muhammad SAW, “Allahumma ‘allimhul hikmah” (Ya Allah.. ajarkanlah hikmah kepadanya), dan “Allahumma faqqihu fiddin, wa ‘allimhu ta’wil” (Ya Allah berikan dia kepahaman agama dan ajarilah dia tafsir (kitab Al Quran).
Doa Nabi menjadi kenyataan. Seiring bertambahnya usia, Ibnu Abbas tumbuh menjadi seorang ulama besar yang memiliki pemahaman mendalam tentang Al Quran dan hadits. Gelar “Al-Bahr” atau “Samudera Ilmu” disematkan kepadanya karena keluasan ilmunya yang luar biasa. Ia dikenal sebagai rujukan utama dalam ilmu tafsir, fiqh, dan berbagai disiplin ilmu Islam lainnya. Para sahabat senior seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib sangat menghormati keilmuannya, bahkan Umar sering meminta pendapatnya dalam berbagai permasalahan hukum dan agama.
Kehausan Ibnu Abbas terhadap ilmu tidak pernah surut. Sejak kecil, ia telah membiasakan diri untuk menanyakan setiap hal yang belum ia pahami kepada para sahabat senior lainnya. Ia mendatangi rumah-rumah mereka dan bersabar menunggu hanya untuk mendapatkan secuil ilmu yang bisa memperkaya pemahamannya tentang Islam. Ketekunannya dalam mencari ilmu ini kemudian mengantarkannya menjadi salah satu perawi hadits terpercaya dan ahli tafsir yang disegani.
Ibnu Abbas juga terkenal sebagai seorang guru yang tekun. Murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan, termasuk para tabi’in yang kemudian menjadi ulama besar setelahnya. Metode pengajarannya mengutamakan pemahaman mendalam terhadap Al Quran, dengan menghubungkan satu ayat dengan ayat lainnya serta merujuk kepada hadits-hadits Nabi sebagai penjelas. Keahliannya dalam menafsirkan Al Quran menjadikan ilmunya sebagai rujukan utama bagi generasi setelahnya.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, Ibnu Abbas berperan sebagai penasihat utama dalam berbagai urusan keagamaan dan politik. Ia menjadi figur yang dihormati karena ketajaman berpikir dan kebijaksanaannya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan umat Islam. Umar bin Khattab bahkan sering mengajaknya berdiskusi dalam urusan negara, meskipun di sekelilingnya terdapat para sahabat senior dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
Di akhir hayatnya, Ibnu Abbas mengalami kebutaan, namun hal tersebut tidak menghalangi semangatnya untuk terus mengajarkan ilmu kepada umat Islam. Hingga akhir hidupnya, ia tetap berpegang teguh pada tugasnya sebagai seorang alim yang bertanggung jawab menyebarkan ilmu pengetahuan. Ia wafat pada tahun 68 H di kota Thaif, meninggalkan warisan ilmu yang sangat berharga bagi umat Islam.
Kehadiran Ibnu Abbas dalam sejarah Islam menjadi bukti betapa pentingnya pembinaan generasi muda sejak dini. Ketekunannya dalam menuntut ilmu, kedekatannya dengan Nabi, serta peran besarnya dalam penyebaran ilmu agama menjadikannya teladan bagi setiap generasi. Kesuksesan Ibnu Abbas juga tidak terlepas dari doa-doa yang selalu dipanjatkan Nabi untuknya, mengajarkan bahwa pendidikan dan doa merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam mencetak generasi penerus yang unggul dalam ilmu dan akhlak. /* [Kisah Teladan/ NUANSA, Maret 2025]