Tanah Laut (9/6). Limbah arang yang banyak terdapat di Desa Ranggang Kabupaten Tanah Laut (Tala) Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi sumber inspirasi bagi Ketua DPD LDII Tala, Anton Kuswoyo, untuk memanfaatkannya. Desa Ranggang merupakan desa sentra pengerajin arang terkenal di Kalsel. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pengerajin arang sejak zaman penjajahan Jepang dulu. Konon mereka bisa membuat arang karena diajari oleh penjajah Jepang pada masa itu.
Proses pembuatan arang dilakukan pada tungku raksasa terbuat dari tanah liat. Bangunan tungku raksasa menyerupai bentuk keong ini berisi belasan kubik kayu untuk diolah menjadi arang. Proses pembakaran tidak sempurna yang terjadi di dalam tungku raksasa ini yang mampu mengubah kayu menjadi arang. Suhu pembakaran di dalamnya mencapai lebih dari 500 derajat celcius. Namun dari proses tersebut menghasilkan limbah arang berupa serbuk arang. Karena yang laku dijual sebagai produk arang adalah arang yang berbentuk bongkahan. Sedangkan yang sudah hancur berbentuk serbuk atau serpihan, menjadi limbah dan tidak laku dijual.
Melihat potensi limbah agar yang sangat besar ini, Anton pun melakukan riset kecil-kecilan. Limbah arang ini ia olah menjadi pupuk organik, dikombinasikan dengan pupuk kandang. Setelah diolah secara fermentasi, maka limbah arang pun menjadi pupuk organik. Bahkan pupuk organik hasil olahannya ini sudah ia uji coba pada tanaman di lahan pascatambang batubara. Hasilnya pun cukup menggembirakan. Tidak hanya diuji coba, bahkan pupuk organik hasil olahannya ini juga sudah dipesan secara rutin oleh salah satu perusahaan pertambangan untuk reklamasi lahan pascatambang batubara di daerahnya.
Hasil karyanya ini pun mendapatkan penghargaan sebagai nominasi 5 terbaik Fertinnovation Challenge yang diberikan oleh PT Pupuk Indonesia (Persero). Bahkan karyanya ini merupakan satu-satunya dari Regional Kalimantan yang berhasil mendapatkan penghargaan dari perusahaan BUMN tersebut. Namun bagi Anton, yang terpenting bukanlah mendapatkan penghargaan. Tetapi manfaat dari pupuk organik berbahan limbah arang inilah yang jauh lebih penting. Apalagi saat ini harga pupuk kimia sangat mahal, maka pupuk organik ini menjadi solusi terbaik untuk menyuburkan tanah.
Anton yang biasa beraktifitas di ormas LDII ini menjelaskan bahwa dengan pupuk organik, tidak hanya bermanfaat untuk menyuburkan tanaman, tetapi juga berperan penting memperbaiki tanah. Sehingga dengan penggunaan pupuk organik, berarti juga turut menjaga kelestarian alam. (Kus)
Oleh: Anton Kuswoyo (contributor) / rully kuswahyudi (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng