Sleman (15/12). Kampung Sangurejo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi perhatian Universiti Putra Malaysia (UPM). Dua dosen dan 12 mahasiswa S2/S3 UPM bersama pengurus DPW LDII DIY saling berbagi pengetahuan mengenai pelestarian lanskap Gunung Merapi, finalisasi jalur healing village, dan Program Kampung Iklim (Proklim), pada Sabtu (2/12).
Inisiasi LDII ini, berkolaborasi dengan Pemda Sleman, MUI DIY, Kanwil Kemenag DIY, Kwarda DIY, Sako SPN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), UGM, INSTIPER, P3E Jawa, DLHK, dan BKSDA.
Ketua rombongan UPM, Shureen Faris Abd Shukor mengungkapkan, banyak kampung di Malaysia namun belum disentuh Proklim sebagaimana Kampung Sangurejo.
“Teruskan usaha yang murni dalam majukan kampung ini,” pesan Shureen selaku Ketua Tim Peneliti Kesehatan Tropis dan Desain, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Desain dan Arsitektur UPM.
Sementara itu, Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin mengatakan, Sangurejo yang merupakan kampung pramuka dan desa wisata ini sedang berupaya menuju Kampung Proklim Utama.
“Beberapa inovasi sudah diujicobakan seperti mendirikan Sanggar Ecoprint Sangurejo (ECSA) serta inisiasi jalur dan spot healing di dalam desa,” pungkasnya.
Ia melanjutkan, pasca deklarasi pada 26 Februari 2023, LDII DIY senantiasa mendukung Kampung Sangurejo melalui pelatihan Dai Proklim (10 Juni 2023). “Lalu LDII DIY meluncurkan Kyai Peduli Sampah dan Jugangan Ing Omah (Jugangin Om) pada Agustus 2023,” jelasnya.
Atus menjelaskan, tiga strategi telah berhasil diujicobakan di Sangurejo. “Pada akhirnya kami menemukan cara terbaik untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan Kampung Proklim,” jelas dosen Fakultas Kehutanan UGM ini.
Bahkan, Atus mengatakan, aksi nyata “Kyai Peduli Sampah” diganjar Juara I Lomba Lingkungan Hidup Tingkat Nasional yang dihelat oleh DPP LDII dalam rangka Rakernas LDII 2023 yang dibuka oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Sanggar Ecoprint Sangurejo (ECSA), didirikan warga Sangurejo bersama Omah Fatma dan Perempuan LDII DIY. “Capaian ini berkat dukungan dana pelatihan dari Kapanewon Turi dan Kalurahan Wonokerto serta bantuan peralatan melalui CSR Wardah,” pungkasnya.
Sementara itu, Pemilik Omah Fatma, Ira Fatma mengatakan, setelah beberapa kali pelatihan, tim ECSA sudah bisa memproduksi ecoprint. “Tentu ikut membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat,” terang pelatih ecoprint Sangurejo itu.
Kini, karya ecoprint Omah Fatma bahkan telah sampai di Hortus Botanicus Leiden, kebun botani tertua di Belanda. Selanjutnya, LDII DIY bersiap menerima kunjungan Ethiopian Muslims Relief and Development Association (EMRDA) yang ingin belajar Kyai Peduli Sampah di Sangurejo.
Turut mendampingi rombongan, Dukuh Sangurejo Sehadi, Peneliti BRIN Agus Kurniawan, dan Dosen Pembimbing Lapang KKN UNY Yosa Abduh Alzuhdy.
Oleh: Atus Syahbudin (contributor) / Fitri Utami (editor)