LDII Katingan Hadiri Sosialisasi Moderasi Beragama FKUB Katingan
Katingan (7/11). Ketua DPD LDII Kabupaten Katingan La Ode Salemudin, SPd menghadiri undangan Ketua FKUB Kabupaten Katingan Edi Rahmat Sosiawan, SE., MSi dalam rangka sosialisasi moderasi beragama Forum Komunikasi Umat Beragama tahun 2021, di aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Katingan (7/11/2021).
Hadir para pemateri yakni, Tiwi Etika, PhD; Prof. Dr. Hj. Hamdanah, Mag; Dr. HM. Yamin Muchtar, dan Pdt. Dr.Elsa Sumandie, MTh. Dalam paparannya, Prof. Dr. Hj. Hamdanah, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Palangkaraya mengatakan, keragaman merupakan anugerah dan kehendak Tuhan. Jika Tuhan menghendaki, tentu tidak sulit membuat hamba-Nya menjadi seragam dan satu jenis saja.
“Tuhan memang Maha Menghendaki agar umat manusia beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar,dan saling mengenal satu sama lain. Kita harus bersyukur atas keragaman bangsa Indonesia,” urainya.
Moderasi beragama, lanjut Hamdanah, bukan untuk mencairkan atau menggerus akidah. Setiap umat meyakini agama masing-masing benar. “Dengan menghormati keyakinan orang lain, keyakinan saya terhadap agama saya tidak akan luntur,” ujarnya.
Sebagai umat Islam, Hamdanah menambahkan, sikap toleransi telah diajarkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan Islam merupakan agama yang bersifat moderat, adil, dan telah mencapai kata mufakat. “Islam mengajarkan untuk bertoleransi dengan umat lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Pdt.Dr.Eliasae Sumandie,M.Th mengatakan, tantangan agama-agama masa depan yaitu teknologi yang semakin maju, radikalisme beragama yang semakin pesat, hedonisme dan konsumerisme.
“Tantangan ke depan lebih bervariasi dan harus disikapi secara bijak dan tidak menimbulkan benturan-benturan dalam elemen masyarakat,” ujarnya.
Sedangkan Dekan Fakultas Dharma Duta dan Brahma Widya IAHN-TP Palangka Raya, Tiwi Etika. PhD mengungkapkan, moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengamalan dalam beragama. “Dalam melaksanakan ajaran agama harus berguru agar tidak salah pemahaman,” pungkasnya.
Oleh: Prijo Sedjati (contributor) / Fadel Abrori (editor)