LDII Kalasan Bangun Rumah Untuk Warga

Jogjakarta (18/10). PC LDII Kecamatan Kalasan, Jogjakarta, membangun sebuah rumah untuk Mbah Badiran (55 tahun), warga yang terlilit hutang dan kesulitan ekonomi akibat terdampak Covid-19. Mbah Badiran terpaksa menjual tempat tinggalnya karena terlilit hutang.

Musibah ini diketahui Ketua Takmir Masjid Ummu Dani Salamah (Masdanis), H. Ngabdul Alim. Sesepuh PC LDII Kecamatan Kalasan ini pun meminjamkan tanahnya serta menggerakkan masyarakat Sambisari dan warga LDII Purwomartani bergotong royong untuk membangunkan rumah baru.

“Senang sekali rasanya dipinjami tanah oleh Mbah Alim dan dibantu ugo rampe-nya oleh LDII. Selain saya bersama istri, rumah ini juga ditempati simbok. Sampun sepuh sanget,” ungkap Mbak Badiran.

Setelah penggalangan dana dan material saat pengajian LDII, pembangunan rumah pun dilaksanakan selama seminggu mulai 11-17 Oktober 2021. Secara bergantian, warga masyarakat sekitar saling membantu seikhlasnya, baik tenaga maupun sedekah konsumsi. Pada hari terahir (17/10/2021), Senkom Mitra Polri Kalasan juga membantu pemasangan dinding GRC dan penyelesaian dinding batako rumah bagian barat setinggi 1 m. Rumah semi permanen kurang lebih seluas 40 m2 akhirnya selesai dikerjakan.

Ada 1 kamar mandi keramik, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur dan 1 ruang dapur. Rumah dilengkapi pula sumur peresapan dan 1 bak septitank. “Senkom mengerahkan rekan-rekan Kalasan dengan berbagai keahlian seperti tukang las, tukang kayu, tukang batu, dan lain-lain. Semoga bisa meringankan. Bila ada warga yang memerlukan pertolongan, kami siap membantu sewaktu-waktu,” jelas Sunarto selaku Pengurus Daerah Senkom Mitra Polri DIY yang tinggal di RT 04 RW 02, Sambisari, Purwomartani, Kalasan.

Hadir pula dalam gotong royong tersebut, Sekretaris RT 01 H. Edi Susanto, Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin, Ph.D., sesepuh kampung Sambisari, dan Ketua PC LDII Kecamatan Kalasan, H. Suradiyanto.

Atus mengapresiasi inisiatif PC LDII Kecamatan Kalasan memulai pembangunan rumah baru ini. “Kehidupan bagaikan roda berputar, kadang di atas, kadang berada di bawah. Untuk itu, kita perlu saling memperhatikan dan saling meringankan kesulitan saudaranya dengan kelebihan yang dimilikinya masing-masing,” harap Atus.

Gotong royong saling bahu membahu, menurut Atus, merupakan budaya asli Bangsa Indonesia. Kesulitan apapun mari dimusyawarahkan bersama-sama untuk dicarikan jalan keluarnya. Hal ini pun merupakan wujud pengamalan dari ilmu agama yang telah dikaji di majelis-majelis taklim LDII.

 

 

Oleh: Rully Sapujagad (contributor) / Fadel Abrori (editor)