Bandung (31/10). Dalam rangka mencetak kaderisasi pemimpin, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII Provinsi Jawa Barat mengadakan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Organisasi bagi Pemuda dan Pengurus Organisasi se-Jawa Barat, pada Minggu (31/10). Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ini berlangsung semi daring, dengan studio utama di Sekretariat DPW LDII Jabar, dan studio mini di 27 DPD LDII Kota/Kabupaten yang tersebar di 450 titik, atau sekitar 4.000-an peserta se-Jawa Barat.
Pelatihan menghadirkan para narasumber, yakni Tokoh Pemuda Jabar sekaligus Anggota DPR RI HM. Farhan, Plt Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kemenpora, Imam Gunawan, Kabid Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Bakesbangpol Jawa Barat, H. Agus Komarudin, Kabid Kepemudaan Dispora Prov. Jabar Muhammad Nizar, Anggota Departemen Organisasi, Kaderisasi, Kenaggotaan (OKK) DPP LDII Supriasto, Motivator sekaligus Anggota Departemen Pelatihan dan Pendidikan Umum (PUP) DPP LDII H. Akmaludin Akbar, dan warga LDII peraih medali emas PON XX Papua cabor Pencak Silat, Eka Yulianto.
Dalam sambutannya, Ketua DPW LDII Jabar, H. Dicky Harun, meminta agar para pemuda membekali diri sehingga memiliki kemampuan berorganisasi, berupa menyatukan visi, misi, dan pikiran dengan anggota lain. Kegiatan berorganisasi ini secara legal formal diakui dan diperhitungkan. “Para pemuda dan pengurus organisasi harus semangat berorganisasi dan menjadi pemimpin dalam rangka mengisi kemerdekaan dan pembangunan. Kami menyiapkan generasi muda yang siap mendukung Indonesia emas sebagai bonus demografi. Pemuda disiapkan untuk menjadi tulang punggung bangsa. Pada era globalisasi ini, kita harus jadi pemain, pameran utama, jangan jadi penonton. Bekalnya berupa ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan attitude, sehingga bisa menjadi generasi profesional religius,” paparnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda Jabar sekaligus Anggota DPR RI HM. Farhan, saat membuka pelatihan ini mengatakan, elemen bangsa termasuk para pemuda harus bisa menghargai perbedaan, walaupun isu-isu sektarian, rasisme, dan kesukuan sering menghantui persatuan. Bahkan tuduhan fitnah, serta tindakan-tindakan kekerasan lainnya sering terjadi. “Perbedaan ini menjadi sebuah kekayaan, Anda bayangkan apabila kita semua sama. Alangkah membosankannya Indonesia, Karena kita tahu, seberbeda apapun kita dengan saudara sebangsa kita, kita adalah satu Indonesia,” paparnya menjelaskan secara daring dari Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Newyork.
Lebih lanjut Farhan mengajak generasi muda untuk memberikan sumbangsih kepada bangsa baik jiwa dan pikiran. Sumbangsih ini bukan berarti semua harus menjadi pemimpin, namun bisa berkarya dan membantu pembangunan di Indonesia melalui berbagai macam bidang. “Saat ini Indonesia dipercaya menjadi pemimpin 20 negara terkaya di dunia atau G-20. Ini terwujud karena keyakinan kita. Apapun latar belakangmu, ketika harus membaktikan kepada bangsa atau sumbangan fungsi sosial, maka kita harus siap. Keberadaan LDII juga mempunyai nilai sosial dan generasi mudanya berpotensi memimpin bangsa,” harapnya.
Sementara itu, Plt Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kemenpora, Imam Gunawan mengatakan, pemuda mempunyai enam dimensi menguntungkan. Pertama, dimensi filosofis sebagai generasi dan pemimpin berikutnya. Kedua, dimensi demografis, di mana 24% dari jumlah penduduk Indonesia adalah para pemuda, usia 16-30 tahun. Ketiga, dimensi potensi berupa minat, talenta, kreativitas, inovasi dan penguasaan teknologi. Keempat, dimensi problematika berupa pengangguran, perilaku destruktif, dan partisipasi. “Kelima, dimensi peran sebagai pelaku dan target perubahan. Keenam, dimensi lingkungan strategis dimana banyak tersedia sumber-sumber alam, berada dalam lingkungan global, banyak keunggulan daerah, dan berada dalam revolusi industri 4.0 menuju 5.0,” paparnya.
Oleh: Fadel Abrori (contributor) / Faqihu Sholih (editor)