Khitanan Massal LDII Setu: Merawat Solidaritas, Menjahit Sinergi

Para peserta khitanan massal berfoto bersama panitia dan tokoh masyarakat dengan penuh semangat dan keceriaan di Masjid Al-Mubarok.

Masjid Al-Mubarok yang terletak di Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, tampak lebih ramai dari biasanya pada Minggu pagi, 22 Juni 2025. Di aula masjid yang telah disulap menjadi ruang pemeriksaan dan tindakan medis sederhana itu, ratusan warga berkumpul. Mereka datang mengantarkan anak laki-laki mereka, sebagian masih balita, untuk mengikuti khitanan massal gratis yang digelar oleh Pengurus Cabang Lembaga Dakwah Islam Indonesia (PC LDII) Kecamatan Setu.

Sejak pukul 07.00 WIB, antrean sudah terbentuk. Anak-anak yang akan dikhitan didampingi orang tua, sebagian tampak tegang, tetapi tak sedikit pula yang tetap ceria. Kegiatan ini telah menjadi agenda tahunan PC LDII Setu sejak 2018. Tahun ini, sebanyak 100 anak terdaftar dan menjalani proses khitan. Kuota tersebut kembali terisi penuh, bahkan sebelum masa pendaftaran ditutup. “Setiap tahun pendaftar selalu lebih dari kuota. Bahkan sekarang sudah ada yang antre untuk tahun depan,” ujar Ketua Pelaksana Khitanan Massal yang juga ketua PAC LDII Bakti Jaya, Tasniful Fuad, di sela-sela kegiatan.

Fuad menyebut, selain sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khitanan massal ini adalah bentuk sumbangsih organisasi keagamaan kepada lingkungan. “Kami ingin hadir dan bermanfaat, terutama bagi warga yang mungkin kesulitan secara ekonomi. Khitan adalah bagian penting dari tumbuh kembang anak laki-laki dalam tradisi Islam, dan kami ingin membantu memastikan proses itu bisa dilalui dengan layak dan aman,” kata dia.

Menariknya, kegiatan ini tidak hanya diikuti warga sekitar Kecamatan Setu. Beberapa peserta bahkan datang dari luar kota. Salah satunya adalah Burhanudin, warga Kota Depok yang mengantar putranya mengikuti khitanan. “Anak saya sendiri yang minta. Saya senang ada acara seperti ini yang digelar rutin. Saya tahu dari kerabat yang tinggal di sekitar sini. Kegiatan sosial seperti ini seharusnya bisa terus dikembangkan, bahkan kuotanya kalau bisa ditambah,” ujarnya.

Menurut Burhanudin, kegiatan sosial berbasis komunitas seperti ini penting untuk diperkuat karena memberi dampak langsung kepada masyarakat. “Selain membantu secara ekonomi, ini juga mempererat hubungan antarwarga. Ada nilai gotong royong di dalamnya,” imbuhnya.

peserta khitan menerima bingkisan dari panitia didampingi oleh keluarganya, menunjukkan suasana hangat dan penuh perhatian.

Pelaksanaan khitan dilakukan oleh tujuh tenaga medis, termasuk beberapa dokter dan perawat. Salah satu dokter yang terlibat, Ari, menuturkan bahwa secara umum, proses khitan berjalan lancar. Anak-anak cenderung kooperatif, dan bila ada peserta yang takut atau menangis, tim medis menangani dengan pendekatan yang ramah.

Ari menjelaskan bahwa semua kasus yang muncul selama proses tindakan masih bisa ditangani sesuai prosedur. Ia menyambut baik kegiatan seperti ini karena dirasakannya memberi dampak langsung bagi masyarakat, khususnya dalam menjangkau mereka yang mungkin belum memiliki akses ke layanan khitan yang aman dan layak.

Menurutnya, keterlibatan LDII dalam kegiatan sosial semacam ini bisa menjadi inspirasi bagi organisasi lain untuk ikut berkontribusi dalam pelayanan kesehatan berbasis komunitas.

Anak-anak yang mengikuti khitan berusia mulai dari 2 tahun ke atas. Usai menjalani tindakan, mereka mendapat bingkisan berupa sarung, baju koko, serta uang saku. Wajah-wajah lega dan bahagia terlihat dari para orang tua yang mendampingi. Beberapa di antaranya mengabadikan momen ini sebagai kenangan penting dalam perjalanan tumbuh kembang anak mereka.

Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari pihak pemerintah setempat. Lurah Bakti Jaya, Fiqri Yanuardi Putra, hadir langsung memantau jalannya kegiatan. Ia memberikan apresiasi atas penyelenggaraan khitanan massal ini, yang dinilainya sangat membantu warga. “Kegiatan ini sangat positif karena mampu meringankan beban warga. Tidak semua orang tua punya kemampuan finansial untuk mengkhitankan anaknya secara layak. LDII telah mengambil peran penting di sini,” ujar Fiqri.

Fiqri menilai bahwa keberadaan LDII di tengah masyarakat terbukti memberi dampak positif. Menurutnya, kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa organisasi kemasyarakatan mampu membangun sinergi dengan warga sekaligus mengambil peran dalam pelayanan sosial.

Prosesi sunat sedang berlangsung di ruang aula yang telah disiapkan, disaksikan oleh panitia dan tokoh masyarakat, termasuk Lurah Bakti Jaya.

Ia menambahkan, pemerintah Kelurahan Bakti Jaya membuka ruang kolaborasi dengan LDII dalam berbagai program sosial. Harapannya, sinergi ini bisa terus ditingkatkan demi pengembangan wilayah secara berkelanjutan.

Khitanan massal ini menjadi contoh nyata bagaimana semangat gotong royong dan kepedulian sosial bisa dijahit menjadi aksi konkret yang bermanfaat luas. Keterlibatan masyarakat, tenaga medis, pengurus masjid, dan dukungan pemerintah membentuk ekosistem pelayanan yang kuat dan inklusif. “Ini bukan sekadar khitan, tetapi juga momentum untuk saling mengenal, berbagi, dan membangun solidaritas antarwarga,” ujar Fuad.

PC LDII Setu berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain. “Kami terbuka untuk kolaborasi dengan siapa pun. Yang penting tujuannya sama: memberi manfaat kepada masyarakat,” katanya.

Di tengah tantangan kehidupan urban yang sering kali individualistik, kegiatan sosial seperti khitanan massal ini menjadi ruang untuk memperkuat kohesi sosial. Bahwa ketika organisasi masyarakat, warga, dan pemerintah berjalan beriringan, maka kehadiran negara terasa lebih nyata di tengah masyarakat. (Fia/Lintas)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *