Ketua FKUB Lampung Ajak Umat Seimbangkan Kesalehan Individu dan Sosial

Lampung Tengah (6/4). Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Lampung, KH. M. Bahruddin, mengajak umat Islam untuk menyeimbangkan antara kesalehan individu dan kesalehan sosial. Seruan ini ia sampaikan saat mengisi tausiah dalam kegiatan “Iktikaf Bersama DPW LDII Provinsi Lampung” di Masjid Tawakal, Yukum Jaya, Lampung Tengah, Kamis (20/3) malam.

Dalam tausiahnya, Guru Besar Bidang Ilmu Sejarah Peradaban Islam itu mengungkapkan adanya penelitian internasional, termasuk di Indonesia, yang menunjukkan belum adanya korelasi kuat antara kesalehan spiritual dan kesalehan sosial.

“Sampai hari ini, belum ada keterkaitan yang erat antara kesalehan spiritual kepada Sang Khalik dan kesalehan sosial kepada sesama manusia. Sederhananya, orang yang rajin ibadah belum tentu memiliki kepedulian sosial,” jelasnya.

Ia mencontohkan kondisi tersebut dengan realitas yang kerap terjadi di masyarakat. “Kita sering menjumpai orang yang rajin ke tempat ibadah, tapi juga rajin korupsi. Banyak cerita, katanya Pak Haji, rajin iktikaf, tapi kalau berdagang masih mengurangi timbangan,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang. “Satu sisi takut dosa jika meninggalkan salat, tetapi di sisi lain tidak takut saat mencuri atau mengambil hak orang lain. Itu artinya sudah saleh secara spiritual, tapi belum secara sosial,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung itu menekankan pentingnya membangun kesalehan sosial di tengah masyarakat.

“LDII telah memberi contoh baik dalam hal ini. Misalnya, dengan program tebar daging kurban, berbagi takjil, bazar pakaian gratis, santunan anak yatim dan dhuafa, serta pembagian tali asih kepada guru ngaji. Semua itu merupakan bentuk nyata kesalehan sosial,” tuturnya.

Ia juga menyoroti pentingnya sedekah dalam menunjang kegiatan organisasi keagamaan. “LDII bisa menjadi inspirasi dan referensi bagi ormas keagamaan lainnya dalam menyelaraskan kesalehan spiritual dan sosial,” tuturnya.

KH. Bahruddin menutup tausiahnya dengan peringatan agar umat tidak bersikap bakhil. “Islam melarang kita menjadi pelit. Orang pelit itu jauh dari Allah. Kalau terus-terusan pelit, ibadah yang lain pun akan terasa berat. Akhirnya, makin jauh dari Allah dan makin dekat dengan neraka,” tegasnya.

Ia berharap, seluruh jamaah yang hadir dalam iktikaf maupun umat Islam pada umumnya dapat menumbuhkan keselarasan antara kesalehan individu dan sosial.

 

Oleh: Ahmat Nurdin (contributor) / Firdaus (editor)

Kunjungi berbagai website LDII

DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *