Ketua DPW LDII Kalteng membuka Pelatihan Dasar Jurnalistik
Palangkaraya (19/7). Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, DPD LDII Kota Palangka Raya merasa pentingnya mengadakan pelatihan jurnalistik. Pelatihan tersebut bertujuan agar di masa depan, warga LDII dapat menyebarluaskan informasi mengenai beragam kegiatan positif LDII.
Hal tersebut disampaikan Ketua DPD LDII Kota Palangkaraya H. M. Cholidin, saat membuka pelatihan jurnalistik dasar PC dan PAC LDII se-Kota Palangka Raya, pada Rabu (19/7), “Peserta Pelatihan Jurnalistik Dasar diikuti oleh utusan PC dan PAC se-Kota Palangkaraya sebanyak 31 peserta. Mereka nantinya diharapkan mampu menuliskan berita-berita kegiatan LDII di tingkatannya masing-masing, sehingga layak untuk dikonsumsi publik,” ujar Cholidin.
Dalam kesempatan itu, Ketua DPW LDII Kalteng H. M. Nur Prayudi saat membuka pelatihan dasar jurnalistik itu mengatakan, LDII dalam melakukan dakwah harus mengedepankan kedamaian atau dakwah santun, yaitu dakwah yang menyejukkan, dakwah yang bisa diterima oleh semua umat manusia atau publik.
“Kami harus bisa menerima perbedaan, seperti halnya sayur-mayur, ada kol, ada kangkung, wortel, bayam, kacang, bumbu-bumbu digerus menjadi makanan enak gado-gado yang bisa dinikmati,” lanjutnya.
“Ada empat fungsi media, yaitu memberi informasi, mengedukasi, mendorong transformasi perubahan dan bersifat menghibur. Kalau kami menyajikan berita baik (menyejukkan), insya Allah bermanfaat, namun bila sebaliknya maka sangat berbahaya,” imbuh Nur Prayudi.
Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kalimantan Tengah H. M. Harris Sadikin memberikan materi tentang Kode Etik Jurnalistik (KEJ). “Berita, menurut dunia wartawan adalah sebuah fakta, kalau bukan fakta atau hoax itu namanya bukan berita,” kata Harris.
“Hoax adalah informasi yang kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan, beda dengan berita, berita sudah pasti fakta karena melalui beberapa proses, mulai mencari, memilih, menyiapkan, ada jeda-jeda yang harus melalui cek dan ricek sehingga terbentuklah sebuah berita,” lanjutnya.
Dari sekumpulan fakta disusun sesuai kaidah kalimat, “Mana subjek, objek, predikat, keterangan dan wajib memenuhi unsur 5W+1H, apa, siapa, di mana, bagaimana, kapan sebuah kejadian atau kegiatan berlangsung,” jelas Harris.
“Intinya adalah dalam menulis berita dimulai dari niat kita, itikad baik seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil tulisannya, dan dampaknya juga sangat berpengaruh, maka niat kita atau itikad kita harus baik,” tutupnya.
Oleh: Rudy Totok Purnomo (contributor) / Faqihu Sholih (editor)