Kisah Dosen Muda LDII yang Mulai Edukasi Pengurangan Risiko Bencana dari Desa Sampai Berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Markas Besar PBB New York. “Indonesia Tidak Akan Besar Karena Obor di Jakarta, Tapi Akan Bercahaya karena Lilin di Desa” itulah kalimat dari Bung Hatta yang menjadi prinsip hidup Dr. Muhamad Hidayat. seorang Dosen muda LDII yang mengajar di Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR ini memulai sejak mahasiswa kegiatan sosial, dan kemanusiaan, serta melakukan edukasi terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dari desa ke desa dan sekolah ke sekolah sampai turut serta berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Tinggi yang diadakan Majelis Umum PBB untuk melakukan evaluasi terhadap Kerangka Kerja Sendai Pada 18-19 Mei 2023.
Pertemuan ini diikuti oleh delegasi dari negara-negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan juga lembaga dunia seperti World Bank, WHO, FAO, UNDP, UNICEF, dan lembaga-lembaga naungan PBB lainnya. Dr. Hidayat juga merupakan relawan kemanusiaan yang telah berpengalaman menjalankan misi kemanusiaan baik di Indonesia maupun berbagai Negara seperti misi kemanusiaan di Turkey, Camp Suriah dan Camp Palestina di Jordania, serta Camp Cox’s Bazar di Bangladesh.
Menurut Dr. Hidayat yang juga merupakan Pakar Komunikasi Bencana, perlunya kita membantu pemerintah untuk memperkuat desa-desa kita menjadi desa tangguh bencana. Berdasarkan data Indeks Risiko Bencana (IRB 2021) yang dikelurakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat lebih dari 53.000 Desa/Kelurahan berada di kawasan rawan bencana.
Dr Hidayat juga mengingatkan bahwa Prinsip penanggulangan bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 salah satunya adalah kemitraan. Peran masyarakat terlibat aktif dan mewujudkan kemitraan dalam penanggulangan bencana sangat dibutuhkan. Dr. Hidayat menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi yang diadakan di Markas Besar PBB New York sebagai peserta dari akademisi.
Selama tiga hari pertemuan yang diawali dengan kegiatan “Risk Reduction Hub” ini menghasilkan kesepakatan bahwa perlunya negara-negara memperkuat implementasi dalam melaksanakan Kerangka Sendai, dalam menunjang pembangunan berkelanjutan dan capai target-target agenda pembangunan berkelanjutan 2030.
Kerangka Sendai 2015-2030 merupakan komitmen yang disepakati Negara-negara anggota PBB dalam pengurangan risiko bencana dan menjadi pedoman negara untuk mengurangi dampak bencana dari berbagai sektor seperti, ekonomi, sosial, dan politik. Peran Universitas atau akademisi sangat penting dalam membantu mengimplementasikan tujuan atau program yang telah disepakati dalam Kerangka Sendai.
Oleh: Dr. M. Hidayat (contributor) / Fitri Utami (editor)