Di sebuah desa di Rantau Rasau, Tanjung Jabung Timur, Jambi, seorang bocah kecil bernama Rizki Royan Perdana memiliki kebiasaan yang tak lazim bagi anak seusianya. Setiap usai sholat Ashar, hingga menjelang Maghrib, bibirnya tak berhenti komat-kamit. Bukan bermain atau menghafal pelajaran sekolah seperti anak lain, tetapi ia tenggelam dalam lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tangannya sesekali bergerak, menunjuk-nunjuk huruf hijaiyah di mushaf kecil yang selalu menemaninya. Di sudut masjid tempat ia belajar, suaranya lirih namun mantap, seolah berbicara langsung dengan Tuhan.
Kegigihan Royan dalam menghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang tiba-tiba muncul. Sejak SD, ia sudah mengikuti program khusus tahfidz di masjid dekat rumahnya. Ibunya, yang melihat tekad anak sulungnya itu, selalu menyemangatinya agar tidak berhenti di tengah jalan. “Nak, kalau kau hafal Al-Qur’an, dunia dan akhiratmu akan terang,” begitu nasihat yang selalu terngiang di telinga Royan. Seiring waktu, hafalannya bertambah, dan ia semakin tekun dalam muroja’ah. Malamnya, setelah belajar sekolah, ia kembali melantunkan ayat-ayat yang telah ia hafalkan.
Perjalanan panjang itu membuahkan hasil. Pada Senin, 28 Mei 2024, di gedung SMPN 9 Tanjung Jabung Timur, nama Rizki Royan Perdana bergema. Ia berhasil meraih prestasi gemilang dalam Tahfidz Al-Qur’an dan Olimpiade IPS tingkat kabupaten. Kepala sekolahnya, Antrans Girindrawardana, ST, dengan bangga menyampaikan apresiasi atas capaian Royan dan tim Olimpiade lainnya. “Tentunya kami bangga, anak-anak kita bisa memberikan yang terbaik buat kita semua. Selamat, semoga pencapaian ini bisa menginspirasi siswa lainnya menghasilkan karya terbaik untuk sekolah dan Indonesia,” ucapnya penuh kebanggaan.
Momen penghargaan itu semakin istimewa saat Camat Rantau Rasau, Ahmad Yani, menyerahkan piala dan sertifikat kepada para siswa berprestasi. Di hadapan seluruh hadirin, ia berkata, “Selamat karena sudah mendapatkan prestasi Tahfidz Al-Qur’an dan Tim Olimpiade IPS. Jadikan pencapaianmu saat ini sebagai cambuk untuk mengukir prestasi lagi di kemudian hari.”
Royan, yang dikenal pendiam namun penuh tekad, hanya tersenyum. Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para guru yang telah membimbingnya selama ini. “Terima kasih kepada semua guru yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama saya belajar di sekolah ini.”
Kini, Royan melangkah lebih jauh. Melanjutkan pendidikannya di SMA Budi Utomo, Solo, sembari masuk pondok pesantren. Bagi Royan, ini bukan sekadar perjalanan menuntut ilmu, tetapi juga perjuangan melestarikan hafalan yang telah ia bangun dengan susah payah. Semangatnya untuk terus menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an tetap menyala, membawa harapan besar bagi dirinya, keluarganya, dan tentu saja, untuk masa depan yang lebih cerah. /* [ldiitanjungjabungbarat.or.id]