Cegah Pengaruh Negatif di Tahun Baru, LDII Gelar Pengajian Akhir Tahun
Pamekasan (11/1) – Akhir tahun tidak selalu tentang hura–hura, tentang pesta kembang api, dan perayaan lainnya. Tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk tetap muhasabah dan beribadah. Seperti yang dilakukan generasi penerus atau generus LDII di Pamekasan pada Minggu (31/12).
Ketua pelaksana kegiatan, Huda mengungkapkan kegiatan pengajian generus LDII ini diberi nama “Pengajian Akhir Tahun” dan dilaksanakan secara rutin dan serentak di seluruh Indonesia. Di Pamekasan, kegiatan dilaksanakan di Masjid Luhur Ceguk.
“Kami mengadakan kegiatan ngaji akhir tahun ini agar remaja LDII yang ada di Pamekasan terhindar dari kerusakan moral yang marak terjadi saat ini utamanya di malam tahun baru di mana banyak remaja yang melakukan perayaan tahun baru dengan hura–hura dan bergaul secara bebas,” ujar Huda.
Selain itu, acara tersebut juga dihadiri oleh Babinsa Desa Ceguk, Moh. Hasan. Ia mengapresiasi upaya LDII dalam yang aktif membina generasi muda dan membentengi mereka dari pengaruh dan kegiatan negatif yang biasa dilakukan oleh generasi muda untuk merayakn tahun baru.
“Alhamdulillah saya melihat remaja LDII ini memilih untuk melakukan kegiatan yang positif dan tidak keluyuran di malam pergantian tahun,” ucapnya.
Hasan juga berpesan kepada generasi muda LDII untuk menyikapi pergantian tahun dengan melakukan refleksi agar di tahun berikutnya bisa menjadi pribadi yang lebih baik. “Mumpung adik–adik ini masih muda, maka gunakan kesempatan dan waktu yang banyak ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ucapnya.
Sementara itu,Ketua PC LDII Tlanakan Imam Wahyudi menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya agar generasi muda bisa terjaga dari pengaruh kerusakan zaman dengan memperbanyak kegiatan positif.
“Pesan saya kepada adik–adik generus, jadilah orang yang bermanfaat untuk banyak orang. Bila tidak bisa, bermanfaatlah untuk sebagian orang. Bila masih tidak bisa, bermanfaatlah pada satu orang saja. Kalau masih belum bisa maka supaya diam dalam artian setidaknya jangan sampai adik–adik ini menjadi biang keonaran,” ujarnya.
Oleh: Wira Wiro (contributor) / Fitri Utami (editor)