Ali Harsojo, Kenalkan Budaya Literasi melalui Komponen Penggerak
Surabaya (26/5). Artikel berjudul “Refleksi HBN: Luaskan Literasi Masyarakat, Berdayakan Komponen Penggerak” terpilih menjadi juara pertama pada Festival Hari Buku Nasional (HBN) 2022. Artikel tersebut ditulis oleh Ali Harsojo, seorang guru berprestasi berusia 44 tahun asal Sumenep, Jawa Timur. Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur, Arumi Bachsin, istri dari Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, di Maspion Square, Surabaya, Minggu (22/5) malam.
Pelaksanaan Festival HBN 2022 merupakan kerjasama Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dengan Dekranasda Jawa Timur. “Alhamdulillah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada kami. Ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus produktif dalam menulis,” ungkap Ali usai menerima penghargaan.
Guru SDN Pajagalan II Sumenep tersebut mengungkapkan keinginannya membangun dan memajukan literasi masyarakat melalui komponen penggerak. Ia menyebut, komponen penggerak meliputi sekolah, komunitas, paguyuban, taman baca, hingga tokoh masyarakat. “Ketika berbicara tentang ilmu pengetahuan flora dan fauna kepada anak-anak misalnya. Kosa kata mereka terbatas, karena yang dicontohkan di sekolah dasar kalau nggak hewan gajah, kucing, kerbau, sapi, kambing, ya itu aja. Padahal ada ribuan spesies,” ungkapnya. Menurutnya, keterbatasan-keterbatasan di sekolah itu adalah tugas komponen penggerak untuk bisa mewujudkan literasi generasi bangsa.
Ali Harsojo yang merupakan warga LDII Sumenep itu mengungkapkan, ia mulai suka menulis dan membaca sejak di sekolah dasar. Menurutnya, sejatinya menimba ilmu ialah dengan cara membaca dan menulis. Bahkan, membaca dan menulis sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. “Ketika pertama kali Rasulullah SAW menerima Wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril, apa yang dikatakan Malaikat Jibril pertama kali kepada Rasulullah SAW? Iqra’ (bacalah),” ungkap Ali.
Berkat hobi yang ditekuninya, ia memenangi puluhan kejuaraan dan penghargaan. Salah satu karya tulisannya ialah “Selamat Datang Mas Nadiem (2019)”. Selain mengajar, Ali juga aktif menulis di blog pribadi dan menjadi motivator di sejumlah komunitas literasi di Jawa Timur maupun nasional.
Ia juga telah menghasilkan empat karya buku tunggal dan 115 karya buku antologi. Buku pertamanya berjudul Samudera Inspirasi di Facebook. “Yang penting jangan salah niat, menulis jangan mencari juara, bukan untuk sombong-sombongan. Mengaktifkan energi positif kita, tuangkan dalam bentuk tulisan, bermanfaat, menginspirasi orang lain, maka menjadi jariyah,” tutur Ali.
Ia berharap karya-karyanya dapat bermanfaat dan menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya. Dan menurutnya, tulisan merupakan sebuah karya yang abadi. “Walaupun kita besok-besok sudah meninggal, tulisan kita masih dibaca orang. Bila buku itu bagus, maka buku itu akan terus digandakan, dan akan menjadi amal jariyah,” ungkapnya.
Oleh: Sofyan Gani (contributor) / Faqihu Sholih (editor)