Keraton Yogyakarta Apresiasi Kegiatan LDII

Yogyakarta (31/7). Webinar DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menuju Muswil 7 DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta berjalan sukses (31/7). Hadir dikesempatan tersebut Didik Wardaya, SE, M.Pd., Kepala Dikpora DIY, Gusti Kanjeng Ratu Bendara Ketua BPPD DIY, Dr. Drs.Basseng, M.Ed Koordinator Bidang Pendidikan DPP LDII dan Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd Direktur Pasca Sarjana UST Yogyakarta hadir juga Hanik Rosyada Komisi Pendidikan MUI Kabupaten Sleman.

Dalam kesempatan tersebut Kajeng Gusti Ratu Bandara mengapresiasi Webinar LDII Yogyakarta yang dikemas dalam Focus Group Discussion (FGD) sehingga bisa menghadirkan para pakar pendidikan dan tokoh agama di Yogyakarta untuk memberikan sumbangsih kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Yogyakarta.

Dalam menyampaikan materinya Gusti Bandara mengungkap yang menjadi konsentrasi terbesarnya untuk membahas dan membicarakan generasi emas di tahun 2045, untuk mempersiapakan generasi emas ditahun 2045 yang perlu kita siapkan adalah, tumbuh kembang anak diseribu hari pertama itu menjadi kewajiban ibu dan bapak sebagai orang tua tidak berat sebelah harus dua-duanya bekerjasama, perlu dikenali sebelum si ibu hamil harus terpenuhi vitamin asam folat diibaratkan kita kalau membuat roti harus terpenuhi dulu unsur yang harus dibuat roti agar roti tidak menjadi bantat begitu juga si ibu hamil harus terpenuhi gizi dan asupan vitaminya agar anak didalam kandungan nanti tidak tumbuh stunting.

Lebih lanjut Gusti Ratu Bandara yang merupakan salah satu Putra Raja Yogyakarta juga mengupas karakter dan budaya di Jogja dicontohkan oleh Kanjeng Ratu “budaya berawal dari keluarga yaitu dengan pentingnya budaya lokal, Kajeng Ratu menyampaikan budaya itu tidak ada yang kuno hanya saja bungkusnya saja yang kuno.

“Contohnya dalam video yang beredar luas dimedia sosial unggah ungguh yang dilakukan oleh anak muda bertato dan beranting ketika menaiki sepeda tinggi kemudian ada orang nenek tua lewat anak muda turun dari sepeda tinggi tersebut lalu anak muda mengucapkan Nderek Langkung, hal itu merupakan salah satu bentuk karakter atau unggah-ngguh dalam berbudaya pergaulan,” ungkapnya. (Masgino).

You Might Also Like