Bandung (7/4). Pemantauan hilal untuk menentukan 1 Syawal 1446 H dilakukan serentak di berbagai wilayah Indonesia pada Sabtu (29/3). Salah satu lokasi pengamatan adalah Observatorium Al Biruni, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung (Unisba).
Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama, Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Baznas Provinsi Jawa Barat, serta berbagai organisasi keagamaan, termasuk DPD LDII Kabupaten Bandung.
Menurut laporan Pengurus Bidang Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPD LDII Kabupaten Bandung Kiki Fahd Baihaqi dari, tim pengamat hilal LDII turut serta dalam kegiatan ini dengan menyiapkan dua jenis alat pengamatan, “Kami membawa dua jenis alat, yaitu teropong manual dan teropong digital. Harapannya, pemantauan ini dapat memberikan kontribusi berupa hasil pengamatan hilal dari LDII Kabupaten Bandung,” ungkapnya.
Ketua Tim Pemantau Hilal DPD LDII Kabupaten Bandung, Muhammad Yusuf menegaskan bahwa beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan pengamatan hilal, “Keberadaan hilal dipengaruhi oleh kondisi cuaca, keberadaan awan, serta hambatan alam lainnya. Oleh karena itu, pemantauan harus dilakukan dengan cermat agar hasilnya benar-benar akurat,” ujar Yusuf.
Ia juga menjelaskan bahwa waktu paling ideal untuk melihat hilal adalah setelah matahari terbenam, “Jika dilakukan terlalu cepat, hilal sulit terlihat. Namun, setelah matahari terbenam, waktu paling krusial untuk fokus mengamati hilal adalah antara 7 hingga 10 menit setelah matahari terbenam,” tambahnya.
Yusuf menambahkan bahwa Observatorium Al Biruni menggunakan alat canggih yang dilengkapi dengan sistem komputerisasi digital dalam proses pengamatan, “Hasil pengamatan dikompilasi dari berbagai tim pengamat yang hadir dengan peralatan masing-masing. Semua data ini kemudian dilaporkan ke Kementerian Agama RI sebagai bahan pertimbangan dalam Sidang Isbat,” jelasnya.
Sementara itu, Pengelola Observatorium Al Biruni, Fahmi Fatwa, mengungkapkan bahwa hasil pemantauan menunjukkan hilal belum terlihat, “Dari pantauan kami, posisi hilal masih di bawah ufuk dengan ketinggian kurang dari 3 derajat, yaitu sekitar 1 derajat di bawah ufuk. Hasil ini akan kami laporkan ke Kementerian Agama sebagai bahan pertimbangan dalam Sidang Isbat,” tutup Fahmi.
Oleh: Mufti Hasan (contributor) / Fitri Utami (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng