Masifkan Publikasi, LDII Ajak Generasi Muda Tingkatkan Konten Positif

Bogor (9/12). Departemen Komunikasi, Informasi dan Media (KIM) DPP LDII dan Pokja LINES menggelar Musyawarah Kerja di Cipanas, Bogor pada Sabtu (3/12) dalam rangka menyusun program kerja 2023. Kegiatan ini sekaligus mengevaluasi kinerja dan program tahun 2022.

Ketua DPP LDII Koordinator Bidang KIM DPP LDII Rully Kuswahyudi mengatakan, semakin berkembangnya kegiatan LDII jadi harus ditunjang dengan support sistem dari KIM. “Di tahun 2023 nanti akan ada program baru yang ditampilkan. Akan ada perbaikan dari kinerja sebelumnya. Karena dunia kreatif sendiri juga semakin berkembang dan didominasi anak muda, karena itu peran generasi muda sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Dunia digital kreatif adalah pasar untuk rentang usia milenial 20-40 menurutnya hal itu menjadi wadah yang pas bagi para anak muda menyebarkan konten positif dengan berbagai macam platform media sosial. “Selera, kinerja, dan kecepatan dimiliki para anak muda itu. Tidak hanya di DPP LDII namun juga di berbagai daerah. Ini patut disyukuri dan terus dikembangkan,” kata Rully.

Rully mengakui, kendala utama adalah sumber daya manusia (SDM) yang mau berkontribusi langsung di LDII. “Kami mengajak anak-anak muda di seluruh penjuru daerah yang mau beramal sholeh terjun langsung dan memberdayakan kreativitasnya. Meski belum memiliki banyak pengalaman atau tidak punya sama sekali, kita sama-sama belajar,” katanya.

Tahun 2023 nanti, ia menambahkan, kru LINES akan mengadakan pelatihan, workshop dan roadshow untuk meningkatkan sekaligus pemerataan kualitas SDM LINES, “Karena hal ini juga merupakan kebutuhan di berbagai daerah.”

LINES yang dibentuk sejak 2013, telah menjadi afiliator konten positif di LDII sampai saat ini. Satu dekade tim humas LDII itu, Rully berharap LINES harus terus berkembang, “Tidak boleh cepat berpuas diri. Pada 2023 nanti, kita akan kembangkan program human interest. Netizen lebih tertarik dengan program tersebut, tentunya kita perlu pelatihan bersama agar para kru mampu mempublikasikan human interest tersebut,” pungkasnya.

Terkait topik human interest, Kadep KIM Ludhy Cahyana yang juga menjadi pemateri penulisan human interest mengatakan, seperti menyampaikan berita dalam format feature. Hal itu tentu lebih menarik perhatian penonton atau pembaca. “Menampilkan video feature seperti misalnya hal unik, inspiratif, atau investigasi, peristiwa,” kata Ludhy.

Dalam format video feature untuk membedakan, ia mencontohkan profil sosok inspiratif, drama peristiwa mengenai suatu komunitas, dan liputan peristiwa. “Feature yang sastra menggabungkan kalimat yang menggambarkan suasana peristiwa, latar musik, pengambilan angle kamera dan sebagainya juga menentukan. Semua unsur itulah yang membangun suasana penonton,” ujarnya.

Ia menambahkan, kolaborasi KIM dan LINES yang menjadi pengelola media massa di jaringan berita LDII, telah berjalan baik dan ‘menyegarkan’. Salah satu produknya, LDII TV mampu berevolusi dalam segi pembuatan video. “Kini, visual dan kata dalam tayangan tersebut telah diramu dengan tepat.” Menurut Ludhy, kinerja LINES patut diapresiasi dan terus dikembangkan.

Sementara itu, ketua panitia acara Rangga Prasetyo menambahkan, tidak hanya menyusun program kerja, acara tersebut juga menjadi ajang keakraban antar kru sehingga saling mengenal satu sama lain dan menjadi tim yang solid.

Perkuat Ukhuwah, MUI Maluku Ajak LDII Bangun Kerja Sama…

Jakarta (9/12). Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku KH Abdulloh Latuapo berkunjung ke Kantor DPP LDII di Patal Senayan, Jakarta, pada Kamis (8/12). Kunjungannya itu diterima oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso didampingi Ketua Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) KH Aceng Karimullah.

KH Abdulloh Latuapo mengatakan, keinginannya untuk bisa berkunjung dan bertemu KH Chriswanto Santoso sudah lama. Keinginannya itu untuk bisa mendengar dan memperoleh referensi terkait program-program LDII, untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang LDII di daerah.

“Saya merasa sangat senang sekali bisa bertemu dengan Pak Ketum dalam rangka sharing dan mendapat referensi terkait program kerja LDII yang kontributif. Dan itu kenyataan yang kami lihat. Itu perlu dipertahankan dan kami ingin meniru hal itu. Paling tidak menjadi bahan buat kami sampaikan di Maluku bila mereka bertanya kepada saya tentang LDII,” ungkapnya.

“Alhamdulillah pertemuan kali ini betul-betul sangat bermanfaat karena banyak hal yang didiskusikan, pertama adalah soal ukhuwah. Kita itu adalah ummatan wahidah, adapun masalah organisasi itu merupakan media atau sarana, tetapi tujuan kita adalah sama. Terutama kita hidup di Indonesia harus menjaga persatuan dan NKRI sudah menjadi harga mati untuk semua masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Dia menyebut, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus mengedepankan Islam Washatiyah atau moderasi beragama. Hal itu merupakan suatu program yang sudah dicanangkan dari pusat hingga daerah. “Intinya adalah bagaimana kita bisa hidup aman dan damai sesama umat manusia. Terhadap saudara-saudara kita yang beragama lain harus saling menghargai dan menghormati,” ungkapnya.

Karena toleransi beragama, tambahnya, dalam agama Islam sangat dianjurkan. Namun, menurutnya terdapat batas-batas atau rambu-rambu dalam Islam, yakni _lakum dinukum waliyadhin_, “Walaupun kita berbeda-beda terdiri berbagai suku, etnis, ras dan lain sebagainya, sesungguhnya kita ini adalah satu. Salah satu tugas kita adalah memberikan pemahaman bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan yang Maha Esa dan Sunatullah. Dan itu kita harus bisa menerima,” paparnya.

Selanjutnya, setelah saling menghormati, menghargai dan menerima keberagaman, yang perlu dilakukan adalah bekerja sama. Bisa bersatu dalam keberagaman dan perbedaan itu. “Indonesia dari Sabang sampai Merauke terdiri lebih dari 17.000 pulau, Bahasa yang berbeda-beda, dan suku yang banyak dapat dipersatukan oleh kalimatussawa’ Pancasila. Artinya, dengan Pancasila keberagaman dan perbedaan itu dapat bersatu,” urainya.

Sementara, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengapresiasi kunjungan KH Abdulloh Latuapo. Menurutnya, komunikasi antarormas sangat penting untuk membangun _ukhuwah_ di Indonesia. Untuk membangun komunikasi, yang pertama dilakukan adalah silaturahim. “Kalau kita tidak pernah saling berkomunikasi bagaimana saling mengetahui. Karena prosesnya yaitu _taaruf_, _tafahum_, _taawun_ setelah itu _takaful_,” ungkapnya.

Menurutnya, _ukhuwah_ dapat dibangun dengan saling berkomunikasi. “Saya bersyukur sekali atas kunjungannya Pak Kyai, silaturahim ini kita bangun dengan siapapun. Karena Indonesia tidak akan selesai hanya dengan satu kelompok. Itu menjadi tanggung jawab semua pihak untuk bekerja sama maka komunikasi menjadi sangat penting,” ungkapnya.

KH Chriswanto berkeyakinan kerja sama sosial kemasyarakatan, akan menghilangkan hambatan perbedaan, “Jika berbicara soal _furuiyah_ menjadi kendala, maka lebih baik berbicara masalah sosial kemasyarakatan. Umat Islam banyak yang perlu dibantu untuk kepentingan-kepentingan yang dapat dijadikan sarana untuk saling silaturahim dan berkomunikasi,” ungkapnya.

KH Chriswanto mengatakan, umat Islam sebaiknya saling bersanding daripada bersaing ataupun bertanding. “Saya berharap, LDII di daerah-daerah bisa membangun komunikasi dan silaturahim dengan siapapun. Selama dalam bingkai akidah sama dalam NKRI, semuanya jalan,” tutupnya.

Hari Menanam Pohon Indonesia, LDII Ajak Masyarakat Ibadah dengan…

Jakarta (28/11). Pohon memberikan kehidupan dan penghidupan, demikian disampaikan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso pada peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) 2022. HMPI diperingati setiap tahunnya setiap 28 November.

Ia juga mengajak masyarakat dan khususnya warga LDII mencari pahala dengan menanam pohon. Dinukil dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), HMPI adalah peringatan nasional untuk memberikan kesadaran dan kepedulian kepada masyarakat, tentang pentingnya pemulihan kerusakan sumberdaya hutan dan lahan melalui penanaman pohon.

Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) berawal pada 28 November 2007, yang diperingati dengan “Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon” di Desa Cibadak, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. Kegiatan ini juga menjadi awal pergerakan Bulan Menanam Nasional pada bulan Desember 2007.

Semenjak saat itu, Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional menjadi kegiatan rutin setiap tahun sebagai pencegahan dari kerusakan lingkungan. Peringatan HMPI juga merupakan upaya mengantisipasi perubahan iklim global, mencegah degradasi (menurunnya daya dukung lingkungan), mencegah deforestasi (peristiwa hilangnya hutan alam beserta dengan atributnya yang diakibatkan oleh penebangan hutan), serta mencegah kerusakan lingkungan lainnya, yang mengakibatkan penurunan produktivitas alam dan kelestarian lingkungan.

LDII telah memulai kampanye menanam pohon atau Go Green, sejak tahun 2007 bekerja sama dengan MUI Jawa Timur. Dikutip dari situs LDII, warga LDII di seluruh Indonesia tercatat sudah menanam 3,5 juta pohon, dengan tingkat kematian hanya 7 persen. Jenis pohon yang ditanam merupakan pohon produktif yang memiliki nilai ekonomi.

“Pohon produktif yang kami tanam, memiliki nilai ekonomi. Ditanam pada daerah binaan MUI, yang dilanjutkan setiap tahun, dan pada 2009 dilakukan pencanangan nasional di Makassar oleh DPP LDII,” ujar Chriswanto.

LDII juga melakukan literasi kepada masyarakat tentang fiqih lingkungan bersama Prof. Faisol Haq, Dekan UIN Sunan Ampel Surabaya dan Prof Sahid pada tahun 2021. Chriswanto mengungkapkan kedua tokoh tersebut mengajarkan kepada masyarakat fiqih lingkungan. Sehingga masyarakat merasa, dengan menjaga lingkungan merupakan ibadah, bukan hanya sekedar menanam. Menanam pohon selain untuk kehidupan dan penghidupan, bisa juga mendapatkan pahala.

Lingkungan hidup adalah tempat bernaung. Ketum LDII mengungkapkan salah satu program prioritas LDII adalah tentang pangan dan lingkungan hidup. “Mari terus menanam, sebagai jariyah kita, sebagai sumber kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat,” ujarnya.

Sambut Bonus Demografi, LDII Helat Diklat Kader Kesehatan dan…

Kediri (28/11). Sekitar 40 pondok pesantren (Ponpes) di lingkungan LDII memiliki Pos Kesehatan Pesantren (Posketren), yang merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan, yang saat itu dipimpin Menkes Siti Fadilah Supari. Untuk meningkatkan manajemen dan SDM Posketren, DPP LDII bekerja sama dengan Ponpes Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur menghelat “Diklat Kader Kesehatan dan Manajemen Poskestren”, di ponpes tersebut pada Minggu (27/11).

Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso menekankan fungsi strategis pondok pesantren. Chriswanto mengungkapkan, LDII menaungi ponpes, baik salafiyah (tradisional) maupun modern, seperti boarding school, Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM), serta Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM). “Di situ, ketika banyak orang berkumpul dan harus ada upaya meningkatkan kesehatan pribadi dan masyarakat,” ujarnya.

Untuk itu, perlu ditindaklanjuti dengan menyiapkan kader kesehatan dan manajemen pengelolaan Poskestren yang baik. “Melalui peningkatan kualitas kader kesehatan, perbaikan sistem rujukan poskestren, peningkatan standar pelayanan dan pemberdayaan tenaga medis,” ujarnya.

Selanjutnya ia menegaskan, untuk menyambut bonus demografi 2035 dan Indonesia Emas 2045, LDII fokus menyiapkan generasi penerus profesional religius. Hal tersebut berarti, harus menyiapkan kader dengan wawasan dan kualitas kesehatan yang baik.

“Muaranya adalah sumber daya manusia (SDM) yang dipersiapkan LDII, menuju kualitas manusia seutuhnya. Pondok pesantren menjadi mitra strategis DPP LDII dalam menyiapkan generasi muda yang profesional religius. Untuk itu aspek kesehatan para santri menjadi bagian penting,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso.

Pada kesempatan itu, Ketua Ponpes Wali Barokah KH. Sunarto mengatakan diklat kader Kesehatan dan manajemen Posketren sangat penting. Menurutnya, diklat tersebut merupakan upaya koordinasi DPP LDII dengan pihak ponpes yang dinaunginya, untuk meningkatkan kualitas SDM dan manajemen Posketren, “SDM Posketren memiliki pengetahuan yang tidak merata butuh standarisasi pengetahuan. Pelatihan ini sangat penting, untuk diseminasi atau percontohan di luar Ponpes Wali Barokah,” ujarnya.

Selain itu, lingkungan ponpes yang terdiri dari beragam santri berlatar budaya yang berbeda-beda, bisa memahami masalah Kesehatan secara pribadi, “Dengan demikian bisa meminimalkan penyebaran penyakit di kalangan santri, bila terjadi wabah atau ada santri yang sakit,” tutur KH. Sunarto.

Sebagai tindak lanjut pelatihan, menurut Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Pengabdian Masyarakat (Penamas) Rubiyo, acara tersebut diteruskan pada level DPW, DPD, pondok-pondok pesantren dan sekolah. “Tidak selesai di sini. Membangun tata kelola manajemen poskestren, berarti membangun sendi-sendi kehidupan,” ujarnya.

Memperkuat pentingnya kesehatan tubuh, Rubiyo mengutip sebuah pepatah, “Mens Sana in Corpore Sano”. Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. “Hal ini akan menjadi kebersamaan dalam menyiapkan kader kesehatan dan menatakelola manajemen poskestren. Sehingga, pemenuhan standar minimal kesehatan bagi santri ponpes dan masyarakat sekitar mampu diberikan dengan baik,” pungkasnya.

Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat Muslim Tadjuddin Chalid saat memberikan materi diklat mengatakan, salah satu hal penting dalam ilmu kesehatan yang perlu dipahami adalah “Bantuan Hidup Dasar”, “Kejadian kegawatdaruratan tidak dapat diprediksi, dan dapat terjadi di mana saja, dan kapan saja,” ujarnya.

“Bantuan Hidup Dasar” merupakan serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas dan atau henti jantung. “Langkahnya dengan memastikan posisi yang aman, memeriksa respon korban, dan menghubungi layanan gawat darurat. Kemudian tindakan resusitasi jantung paru (RJP), berupa menekan dada, membuka jalur pernapasan dan memberi bantuan pernapasan,” imbuh Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif tersebut.

Materi diklat lainnya yang disampaikan dalam acara tersebut adalah kegawatdaruratan di pesantren, penyakit yang umum di pesantren, masalah dan tatalaksana gizi santri, kesehatan jiwa santri, kesehatan reproduksi santri, serta manajemen poskestren dan sistem rujukan.

Acara tersebut dilaksanakan secara hybrid dengan studio utama di Ponpes Wali Barokah Kediri. Diikuti oleh anggota Biro Pengabdian Masyarakat (Penamas) DPW LDII, anggota Bagian Penamas DPD LDII, para pengasuh ponpes, pengurus Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), santri husada, dan tenaga medis LDII se-Indonesia melalui 200-an titik studio mini.

Wali Kota Kediri Harap Banyak Pengusaha Sukses dari Generasi…

Kediri (28/11). Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar berkesempatan hadir membuka “Bazaar Remaja Pondok Pesantren Wali Barokah,” pada Kamis (24/11). Kegiatan yang digelar mulai 24-27 November tersebut, diikuti 46 stan bazaar yang berpusat di Gedung Parkir Ponpes Wali Barokah Kediri.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Abdullah Abu Bakar mengungkapkan kegiatan bazaar remaja LDII bisa menjadi media latih kompetitif para remaja, untuk menjadi pengusaha.

“Pesannya untuk para remaja ini, agar selalu semangat karena yang dilakukan ini merupakan sebuah latihan. Orang yang berlatih dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapat hasil yang luar biasa,” ungkapnya.

Ia mengapresiasi kreativitas remaja LDII dalam bazaar yang digelar setiap dua tahun sekali. Ia juga membeli beberapa produk hasil karya remaja LDII dalam bazaar tersebut, “Ayo beli produknya, jangan hanya lihat-lihat saja. Saya saja sampai tertarik membeli produk-produknya karena bagus, dan bazaar dulu tidak seperti ini, semakin ke sini tambah asik,” imbuh Wali Kota Abu Bakar.

Ia berharap generasi muda LDII dapat menjadi pengusaha sukses di masa yang akan datang. Dengan begitu dapat menekan angka pengangguran di Indonesia yang terbilang masih tinggi, “Saya harap akan banyak pengusaha atau wirausaha sukses muncul dari Pondok Pesantren Wali Barokah ini. Hal ini mengingat masih kurangnya jumlah pengusaha di Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Ponpes Wali Barokah, KH. Sunarto mengungkapkan kegiatan ini merupakan inisiatif remaja LDII Kota Kediri. Mereka menjual berbagai produk seperti makanan, minuman, fashion, karya seni, dan lain-lain

“Bazaar yang menyajikan produk UMKM dengan seluruh kegiatan pendukung kali ini sepenuhnya diinisiasi oleh para remaja Pondok Wali Barokah, berkolaborasi dengan remaja beberapa pondok lain dan generasi milenial di bawah bimbingan pengurus DPD LDII Kabupaten dan Kota Kediri,” ujar Sunarto.

Menurut Sunarto, kegiatan “Bazaar Remaja” ini merupakan bentuk melatih kemandirian generasi penerus LDII. Harapannyq, mereka menjadi generasi profesional religius yang mencapai target Tri Sukses meliputi alim-faqih, berakhlakul karimah, dan mandiri, “Tri Sukses yang merupakan concern LDII dalam pembinaan generasi penerus sebagai generasi milenial,” tambahnya.

Selain bazaar UMKM, kegiatan ini juga diisi dengan seminar kewirausahaan, untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada generasi muda LDII.

“Kami juga menyelenggarakan seminar tentang kewirausahaan dengan mengundang pemateri yang berkompeten, agar remaja LDII dan santri pondok Wali Barokah memiliki kreatifitas yang produktif dan jiwa enterpreuner,” kata Ketua Bazar, A. A. Salam Putra saat memberikan laporan kegiatan.

Hadir dalam acara ini Kepala Kantor Kemenag Kota Kediri Moh. Qayyim, jajaran Dewan Penasehat dan Pengurus DPD LDII Kota dan Kabupaten Kediri, perwakilan Dinas Koperasi UMTK Kota Kediri, perwakilan Kecamatan Pesantren, serta Lurah Burengan Adi Sutrisno.

LDII Ajak Masyarakat Ringankan Beban Warga Cianjur yang Terdampak…

Jakarta (23/11). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dinukil dari keterangan persnya menyebut gempa bumi di Cianjur menyebabkan 268 orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia, yang sudah teridentifikasi sebanyak 122 jenazah. Sementara korban hilang mencapai 151 orang.

Menurut Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, masyarakat yang mengungsi sejumlah 58.362 orang, luka-luka 1.083 orang, kerusakan infrastruktur seperti rumah rusak total berjumlah 22.198 unit.

“Warga LDII di seluruh Indonesia berbelasungkawa, kami juga menyerukan agar masyarakat dan warga LDII khususnya, menggalang dana untuk meringankan beban masyarakat Cianjur yang terdampak gempa,” tutur Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso.

Menurutnya, di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih benar, tiba-tiba bencana menghampiri masyarakat Cianjur, “Di sinilah ikatan kita sebagai satu bangsa diuji, kesalehan sosial juga diuji. Maka, untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, kita harus bergotong royong membantu warga Cianjur,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPD LDII Kabupaten Cianjur Ade Suherlan beserta jajarannya, mengatakan mereka telah mengunjungi para pengungsi di Kecamatan Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Karangtengah dan Bojong, “Kami meninjau lokasi pengungsian sekaligus memberikan motivasi agar sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah dan cobaan yang melanda Kabupaten Cianjur,” ujar Ade.

Menurutnya, sampai saat ini kebutuhan pokok para pengungsi masih terpenuhi, tapi untuk beberapa hari ke depan dibutuhkan bantuan berupa logistik, air bersih, tenda darurat dan penerangan. “Mengingat masih dikhawatirkan terjadinya gempa susulan sehingga para korban masih enggan kembali ke rumah masing-masing,” tambahnya.

Ade menambahkan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait, untuk menggalang donasi. Bantuan tersebut disalurkan kepada korban yang berada di berbagai titik pengungsian.

“Untuk itu, LDII Kabupaten Cianjur akan berupaya menggali donasi berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau Posko Tangap Darurat Bencana Daerah dan stakeholder lainnya untuk memenuhi kebutuhan para korban musibah tersebut,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana dan SAR (Kabid PB-SAR) Pengurus Pusat Senkom Mitra Polri Tri Joko menyampaikan belasungkawa yang dalam kepada korban gempa bumi Cianjur, “Semoga seluruh korban yang meninggal diterima amalnya di sisi Allah SWT, yang sakit segera diberi kesembuhan dan sehat kembali serta keluarga korban bisa segera mendapat bantuan dan penanganan yang cepat dan tepat,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pihaknya memberikan amanah kepada Ketua Senkom Kabupaten Cianjur Parman, untuk membantu apparat. Pihaknya menurunkan sekitar 40 anggota PB-SAR Senkom Mitra Polri. “Jumlah yang ada akan segera dibantu Senkom sekitar Cianjur,” ujarnya.

Menurut Tri, Senkom Mitra Polri bersama instansi terkait seperti Basarnas, TNI-Polri, dan Relawan Kemanusiaan lain membantu mengevakuasinya korban ke beberapa fasilitas kesehatan pemerintah daerah Cianjur seperti Puskesmas dan rumah sakit serta tenda-tenda darurat.

Tingkatkan Kualitas Publikasi, SMK Budi Utomo Helat Pelatihan Jurnalistik

Jombang (21/11). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Utomo menggelar pelatihan jurnalistik bertema “Membangun Jurnalis Muda yang Kaya Akan Karya”, pada Jumat-Sabtu, 18-19 November 2022. Acara diikuti sekitar 30 peserta yang merupakan tim marketing communications (Markom) dan para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik.

“Kami memiliki tim Markom yang belum punya pengalaman banyak mengenai dunia jurnalistik. Acara ini juga untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mengelola madding, yang pernah vakum dua tahun,” ungkap ketua panitia sekaligus pembina ekstrakurikuler jurnalistik, Waikun.

Ia berharap acara tersebut dapat memberikan ilmu dan dan pengalaman bagi peserta, “Harapannya, kalau pelatihan ini menghasilkan karya, akan menarik minat adik-adik kelas mereka,” tuturnya. Ia mengatakan acara tersebut bekerja sama dengan Jawa Pos dan LDII News Network (LINES).

SMK Budi Utomo mengundang pemateri I’ied Rahmat Rifandi dari Jawa Pos. Sementara dari LINES mengirimkan Nurdiyanto Khoirurrohman untuk memberikan materi sulih suara, Dimas Maulana Ichsan untuk materi video dan foto jurnalistik, Dandi Ramadan untuk menyunting video. Para peserta juga memperoleh materi menulis naskah berita untuk televisi, yang disampaikan Ludhy Cahyana.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) DPP LDII, Ludhy Cahyana mengapresiasi acara tersebut, “Pelatihan ini mendorong publikasi di pondok-pondok pesantren LDII, sehingga kontribusi pesantren dalam membangun karakter generasi muda juga bisa terinformasikan dengan baik kepada public,” ungkapnya.

Ia mengatakan, DPP LDII saat ini terus mendorong pondok-pondok pesantren mempublikasikan kegiatannya, “Agar para stakeholder dapat memberi dukungan kepada pondok-pondok pesantren untuk melahirkan generasi yang alim-faqih, berakhlakul karimah, dan mandiri,” imbuhnya. Menurutnya, dengan pelatihan ini diharapkan para siswa dapat memahami metode pengumpulan informasi dan menyajikannya kepada publik.

Menurut Dandi Ramadan Koordinator Current Affair LINES, para siswa yang mengikuti pelatihan jurnalistik, pada umumnya antusias. Mereka bakal memilih bidang keterampilannya, sesuai bakat yang mereka miliki, “Para peserta belum mendapatkan materi jurnaslitik sebelumnya. Namun mereka antusias untuk belajar dan mempraktikkan ilmunya,” ujar Dandi.

Dandi juga berharap, pelatihan tersebut berkesinambungan dan ilmu yang mereka peroleh terus diasah. Semakin banyak berlatih dan berproduksi, hasil karya mereka tentu akan menjadi semakin baik.

Kejari Nganjuk Sosialisasikan Jamaah Sae di Ponpes Al Ubaidah

Nganjuk (17/11). Kejaksaan Negeri (Kejari) Nganjuk mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Kamis (17/11). Di ponpes yang bekerja sama dengan DPP LDII tersebut, Kepala Kejari Nganjuk Nophy Tennophero Suoth menyosialisasikan Jamaah Sae, kepada para santri milenial.

Menurutnya, program Jamaah Sae memiliki arti Jaksa Mucal (mengajar-red) Bab Hukum Dateng Santri Milenial, yang artinya jaksa mengajar tentang hukum kepada santri milenial, “Program ini sebenarnya program dari Kejaksaan Agung, berupa jaksa masuk pesantren untuk menyosialisasikan hukum. Namun kami memperhatikan karakteristik lokal menjadi Jamaah Sae, di mana Kejaksaan Agung berbagi pengetahuan hukum kepada para santri milenial,” ujar Nophy.

Ia mengatakan, dengan adanya Jamaah Sae pihak Kejari bisa menjangkau kalangan pesantren untuk sosialisasi hukum, “Selama ini kami hanya menyasar sekolah-sekolah formal. Di lokal Nganjuk, kami melihat jumlah pondok-pondok pesantren sangat banyak mendorong kami untuk memberi penyuluhan hukum,” imbuhnya.

Kejari Nganjuk, menurutnya terus menyosialisasikan “Kenali Hukum Hindari Hukum” agar masyarakat benar-benar jauh dari pelanggaran hukum, “Anggota masyarakat kena hukuman, karena tidak tahu. Maka bila kenal hukum, makai a akan menjauhi karena ada akibatnya,” pungkasnya.

Menanggapi program Jamaah Sae, Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany menyambut baik kehadiran Kejari Nganjuk, “Bahkan bila tidak ada program Jaksa Masuk Pesantren, kami yang akan memohon dan mengundang Kejari untuk memberikan penyuluhan hukum di pondok pesantren kami,” ujar Habib Ubaid.

Menurut Habib Ubaid, ketidaktahuan mengenai hukum bisa membawa bencana, “Ini jadi keprihatinan saya pribadi dan institusi,” ujarnya. Habib menegaskan para santri saat di pondok pesantren masih satu tujuan, agar bermanfaat bagi masyarakat, “Saat mereka terjun di tengah-tengah masyarakat mereka bisa kena virus radikalisme dan intoleransi,” paparnya.

Bahayanya virus radikalisme dan intoleransi, menurutnya bisa lebih dahsyat ketimbang wabah Covid-19, “Bahkan dunia belum menemukan vaksinnya. Alhamdulillah dengan adanya jaksa masuk pesantren bisa menolong anak-anak kami dari bencana besar tersebut,” tegasnya.

Dengan sosialisasi dari Kejari Nganjuk, Habib Ubaid mengharapkan para santri bisa mengerti hukum, sadar hukum, dan memahami hak serta kewajiban sebagai warga negara, “Mengerti berarti tahu hukum, sadar hukum berarti melaksanakan sehingga terhindar dari hukum, tidak melanggar peraturan yang ada dan mengetahui hak-haknya mendapat perlakuan yang sama di depan hukum,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Jaksa Fungsional Ratrika Yuliana dan Kasi Intelijen Kejari Nganjuk Dicky Andi Firmansyah memberi penyuluhan hukum di depan 800-an santri. Mereka menegaskan, agar para santri dalam dakwahnya berhati-hati, agar tidak terjerat hukum akibat ujaran kebencian dan intoleransi.

Ratri mengatakan manusia di muka bumi tidak sama, “Di Indonesia tidak semuanya beragama Islam, banyak keyakinan yang lain. Jangan sampai ibadah justru menggangu orang lain, inilah pentingnya toleransi,” ujarnya.

Menurutnya, intoleransi terjadi karena seseorang atau sekelompok orang menolak praktik ibadah kelompok lain. Mereka yang intoleran juga menganggap kelompok lain salah. Ia mengatakan, paham intoleransi selalu menganggap dirinya paling benar dan yang lain pasti salah, “Inilah pentingnya dakwah dengan damai, jangan sampai berdakwah namun membuat suasana masyarakat tidak tenang,” pesan Ratri.

Sukseskan Hari Amal Bhakti Kemenag, Ponpes Wali Barokah Gelar…

Kediri (17/11). Kementerian Agama Kota Kediri bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) menggandeng tiga pondok pesantren menggelar bakti sosial donor darah. Kegiatan itu dalam rangka menyukseskan rangkaian Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama ke-77, Rabu (16/11).

Kegiatan yang diikuti ponpes dalam naungan DPD LDII Kota Kediri yakni Nurul Huda Al Manshurin Kresek, Al-Hasun Bangsal, Nurul Hakim Bandar dan dipusatkan di Ponpes Wali Barokah Kota Kediri, Jawa Timur.

Wakil Ketua Ponpes Wali Barokah Ust.Agus DS mengatakan, pihaknya seringkali mengikuti kegiatan donor darah yang diselenggarakan instansi pemerintah di beberapa tempat. Tetapi pelaksanaan di lingkungan Ponpes Wali Barokah ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan. “Semoga kerja sama ini bisa ditingkatkan dengan kegiatan lain yang tidak kalah bermanfaat,” ujarnya.

Sebelum pelaksanaan, para guru dan santri diberikan pemahaman tentang urgensi donor darah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada mereka terkait pentingnya transfusi darah bagi kesehatan. Hal itu di antaranya, menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan tingkat kolesterol, dan menurunkan kadar oksidan dengan meningkatkan kandungan antioksidan dalam tubuh.

Sementara itu, Wiyono, Staf Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Kediri mengatakan, menjadi pendonor darah secara teratur adalah langkah sederhana, namun hal itu dapat memperkuat komunitas mereka, mendukung sistem kesehatan setempat, dan menyelamatkan nyawa.

“Dengan mengetahui beberapa manfaat dari donor darah, diharapkan mampu memberikan rasa percaya diri kepada seluruh pendonor darah untuk bisa melakukannya secara rutin. Sehingga dengan demikian, pasokan darah dapat terus terpenuhi, dan tubuh menjadi sehat,” kata Wiyono.

Dalam kesempatan itu, Rofiudin Faruq, Kasi PD Pontren Kemenag Kota Kediri mengapresiasi kepada Ponpes Wali Barokah yang telah menghelat aksi donor darah. “Mewakili jajaran Kemenag dan PMI Kota Kediri ikut senang dan bangga dengan guru dan para santri yang mau mengikuti donor darah. Kegiatan ini sangat membantu PMI dalam menyediakan stok darah,” ujarnya.

Kegiatan donor darah tersebut mengangkat tema “Ketahanan Kesehatan Membangun Moderasi Beragama”. Menurut Faruq, salah satu manfaat donor darah bisa menyelamatkan jiwa seseorang, diharapkan guru dan santri Ponpes Wali Barokah secara aktif menjadi pendonor. “Maka dari itu kepada lembaga pendidikan keagamaan lain di bawah naungan Kemenag diharapkan juga dapat melakukan hal yang sama”, ajak Faruq.

Salah seorang santri asal Pekanbaru Auda Dina Aulia yang menjadi pendonor mengatakan kesyukurannya bisa berbagi pada sesama dengan mendonorkan darah. Apalagi dengan donor darah juga bermanfaat untuk kesehatannya. “Kami senang bisa berbuat baik pada sesama, karena sangat membantu sesama bahkan bisa menyelamatkan jiwa seseorang,” ungkapnya. (*/Mazda)

Vaksin Meningitis Tak Lagi Wajib, Masyarakat Perlu Tingkatkan Kesadaran…

Jakarta (17/11). Kementerian Kesehatan RI menetapkan vaksin meningitis tidak lagi diwajibkan bagi pengguna visa umroh, yang disahkan berdasarkan surat edaran Kemenkes yang terbit 11 November lalu. Vaksinasi tetap dapat dilakukan jika calon jamaah yang berangkat menginginkan upaya perlindungan kesehatan.

Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) M. Farid Aljawi mengonfirmasi hal tersebut. Ia mengatakan, Amphuri mengapresiasi peraturan baru mengenai vaksin meningitis bagi jamaah umrah, sebagai respon cepat pemerintah.

Ia menyampaikan, masalah yang dihadapi jamaah umrah adalah jumlah ketersediaan vaksin yang ada, tidak seimbang dengan jumlah calon jamaah. Sehingga menyulitkan penyelenggara menggelar vaksinasi. Selain itu, pesebaran vaksin dan buku kuning belum merata di seluruh daerah dan hanya dilakukan distribusi secara online.

“Hal ini menjadi kontraproduktif di masyarakat. Contoh misalnya, hanya karena terkendala batas toleransi minimal pemberian vaksin, calon jamaah tidak bisa diberangkatkan. Jelas hal ini merugikan baik peserta maupun penyelenggara,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Farid berharap pemerintah perlu melakukan harmonisasi peraturan lebih lanjut agar tidak terjadi benturan kebijakan.

Menanggapi peraturan baru tersebut, penyelenggara travel umrah dan haji Arminareka Perdana, Richan Muzakar mengakui dengan adanya kebijakan itu merupakan berita baik bagi jamaah dan penyelenggara travel itu sendiri. “Di sisi lain ini menjadi waspada, karena seperti diketahui di Arab Saudi adalah tempat berkumpul para jamaah umrah dan haji dari berbagai negara. Artinya masing-masing jamaah harus menjaga kesehatan. Meningitis berbahaya karena menyerang ke otak,” ujarnya.

Senada dengan Richan, Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat DPP LDII sekaligus Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, Muslim Tadjuddin Chalid mengatakan meningitis masih perlu menjadi perhatian karena penyebabnya bisa berasal dari kerumunan orang banyak.

Penyelenggaraan haji dan umrah termasuk dalam indikasi dengan penyebaran tinggi virus atau bakteri meningitis, karena merupakan tempat berkumpulnya warga berbagai negara. Karena itu, ia melanjutkan, pemerintah Indonesia berupaya mencegah melalui vaksinasi meski hingga kini belum ada obatnya.

Karena itu, terkait kebijakan baru tersebut, Muslim menyarankan bahwa orang-orang yang memiliki komorbid dan pengguna visa haji, dengan jangka waktu mukim lama masih perlu vaksin meningitis. “Lagipula vaksin meningitis hanya sekali dan akan berlaku selama tiga tahun, jika jamaah itu sering melakukan ibadah umroh, ia tidak perlu berulang kali vaksin,” ujarnya.

Potensi penyebaran ke negara asal itulah yang perlu menjadi perhatian masyarakat yang ingin berangkat umroh. “Selama itu untuk kepentingan kesehatan apa salahnya, meski kini ada kebebasan kebijakan dari pemerintah. Kita tidak tahu riwayat penyakit bawaan dari warga negara lainnya. Mencegah itu lebih sedikit biaya daripada mengobati, resiko mengancam jiwa itu lebih masalah, apalagi menyebar ke tempat lain,” ujar Muslim.